News

Cerita Warga Kota Serang Sulit Keluar Dari Kebiasaan Dolbon

SERANG – Meski berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Banten, Kota Serang memiliki garis kemiskinan cukup tinggi di Banten. Berdasarkan data Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten pada periode Maret hingga September 2019, jumlah pendudu miskin di Kota Serang mencapai 5,40 persen.

Jumlah angka kemiskinan tinggi tersebut membuat kota Serang memiliki beberapa persoalan sosial di masyarakat salah satunya kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di kebun atau kerap disebut Dolbon.

Nenek Aminah (70) misalnya, warga linkungn Pasir Asem, Kelurahan Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang. Dia terpaksa memilih membuang hajat atau BAB di kebun orang karena tidak memiliki jamban di rumahnya. Jangankan untuk membuat toilet, tutur Aminah, untuk makan sehari-hari pun dia masih mengharapkan uluran tangan dari tetangga.

Nenek Aminah tinggal seorang diri di sebuah rumah yang memprihatinkan dan tidak layak huni. Dia tinggal seorang diri setelah ditinggal suami meninggal dunia beberapa tahun lalu dan tidak memiliki anak.

“Buang air ning alas (di kebun) lah, tanah uwong (tanah orang) ora ana wc (karena tak ada wc),” kata Aminah kepada wartawan, Kamis (13/2).

Sementata, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kota Serang Lenny Suryani mengatakan, selain faktor ekonomi, beberapa hal yang menjadi indikator masih tingginya kebiasaan dolbon di Kota Serang adalah rendahnya kesadaran warga akan pola hidup sehat.

Bahkan, mereka lebih mementingkan membeli kendaraan atau gadget dari pada membangun toilet bersih dan sehat. Padahal pola hidup seperti itu akan menimbulkan penyakit seperti diaere.

“Jadi di Kota Serang ini bukan hanya soal warga tidak mampu tapi memang kesadaran masyarakatnya juga rendah,” katanya.

Berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan Kota Serang, hingga tahun 2020 masih ada sekitar 29.753 Kepala Keluarga (KK) yang masih membuang air besar ke kebun dan sungai. Jumlah ini tersebar di enam kecamatan di Kota Serang. Kecamatan Kasemen menjadi daerah tertinggi angka dolbon, padahal, kecamatan tersebut merupakan daerah pusat kejayaan Kesultanan Banten masa lalu.

Penulis :WR

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *