News

Kisah Gadis 16 Tahun di Pandeglang Tinggal Sebatang Kara di Rumah Nyaris Ambruk

Pandeglang, – Namanya Siti Nuraida, seorang siswi SMK swasta di Pandeglang, Banten. Di usia yang masih cukup muda 16 tahun, Aida harus tinggal seorang diri disebuah rumah panggung nyaris hampir ambruk di pelosok tepatnya di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang.

Rumah tersebut merupakan satu-satunya tempat peninggalan keluarganya. Siswi yang baru duduk di kelas X itu harus menanggung beban hidup sebatang kara tanpa didampingi orang tua.

Mulanya, gadis malang itu tinggal bersama kakak perempuannya di rumah tersebut, setelah ibunya meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya saat Aida berusia dua tahun. Sementara sang ayah lebih memilih meninggalkan mereka setelah menikah lagi dengan perempuan lain.

Namun, saat Aida beranjak remaja dan sudah duduk di bangku SMP, kakak perempuannya pun memilih untuk menikah dan tinggal bersama suamimya. Saat itulah, Aida harus berjuang sendiri di sebuh rumah panggung yang reot sembari mengenyam pendidikan di sekolah hingga sekarang. Dia hidup dari uluran tangan dan bantuan dari saudara dan tetangga yang tinggal tak jauh dari rumahnya.

Kemudian, pada awal 2021 beban Aida bertambah setelah sang kakak menitipkan anaknya ke Aida karena kakak Aida harus merantau ke Jakarta setelah bercerai dengan suaminya. Sang kakak hanya mengirimkan uang sebesar Rp800 ribu per bulan. Dengan uang segitu dia harus mengatur kebutuhan hidup sehari-hari dan jajan ponakannya yang berusia 4 tahun.

Wardi Kurniawan, seorang guru di tempat Aida bersekolah mengatakan, pihaknya tidak menyangka Aida ditengah keterbatasan itu Aida harus berjuang tinggal sendiri tanpa didampingi oleh keluarganya. Sebab, yang mereka tahu Aida adalah sosok siswi yang aktif di sekolah baik dibidang akademik ataupun ektrakulikuler.

“Semua tidak ada yang menyangka dibalik itu dia menyimpan begitu banyak kepedihan,” kata Wardi saat dikonfirmasi, Jumat (9/4/2021).

Wardi menyampaikan, memang sebetulnya pihak sekolah telah mendapat informasi bahwa Aida tinggal sendiri di rumahnya. Namun beranggapan tinggal di rumah yang layak dan tidak mengetahui bahwa kondisi sebenarnya benar-benar memprihatinkan.

Dia bercerita, saat guru-guru melakukan sosialisasi penerimaan murid baru secara dor to dor ke rumah calon siswa-siswi. Tak sengaja mereka mapir ke rumah Aida yang kebetulan letak tempat sosialisasi berada di belakang rumah.

“kita mendapati rumahnya yang tidak layak dihuni hampir roboh yah, makanya kita inisiatif untuk galang dana untuk rehaban rumah,” katanya

Para guru dan rekan sekolah Aida bergotong royong patungan dan menggelar penggalangan dana melalui media sosasial.” Alahmdulillah dalam satu minggu banyak yang bantu,” tuturnya.

Wardi menyampaikan, saat ini dirinya bersama para guru dan warga setempat sedang bergotong royong membangunkan rumah Aida dari hasil penggalangan dana, agar dia bisa tinggal di rumah yang layak. Kini proses pembangunan sudah sampai 30 persen.

“Kita sedang melakukan penggalangan dana untuk kebutuhan sehari-hari Aida kedepan, supaya Aida punya modal usaha kecil atau usaha apapun gitu dan juga untuk biaya pembangunan ini,” katanya.

 

Penulis:WR

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *